Berita

Indonesia berpeluang jadi raksasa baterai dunia lewat hilirisasi nikel

×

Indonesia berpeluang jadi raksasa baterai dunia lewat hilirisasi nikel

Sebarkan artikel ini


Jakarta (ANTARA) – Pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu menyatakan Indonesia memiliki peluang besar sebagai pemain utama dalam industri kendaraan listrik (EV) global melalui pemanfaatan cadangan nikel nasional dan strategi hilirisasi baterai.

Ia mengatakan bahwa cadangan nikel Indonesia yang mencapai 26 persen dari total dunia merupakan aset strategis yang harus dikelola dengan cerdas.

“Baterai nikel adalah kunci bagi Indonesia untuk tampil sebagai pemain utama dalam industri kendaraan listrik global. Kita punya peluang emas yang tidak boleh disia-siakan,” kata Yannes ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

Ia menyampaikan, pemerintah saat ini tengah menjalankan Program Danantara yang menyiapkan pembiayaan hingga Rp618 triliun untuk 18 proyek hilirisasi, termasuk pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik.

Proyek andalan di Karawang, Jawa Barat itu dinilai menjadi pusat perhatian karena telah memasuki tahap produksi baterai NMC (nickel, manganese, cobalt) berkualitas tinggi melalui sejumlah kolaborasi.

Baca juga: Bahlil optimistis RI jadi pionir ekosistem baterai kendaraan listrik

Dengan teknologi seperti solid-state battery, thermal management system, serta AI-based Battery Management System (BMS), baterai NMC buatan Indonesia diklaim semakin aman, efisien, dan memiliki daya jelajah lebih panjang.

“Ini bukan hanya industrialisasi, tapi momentum strategis membangun kendaraan listrik yang kompetitif secara global,” tegas Yannes.

Lebih lanjut ia menyebut Indonesia kini berada di peringkat ketiga rantai pasok baterai dunia setelah Tiongkok dan Korea Selatan.

Jika eksekusi Program Danantara dan proyek hilirisasi berjalan optimal, Yannes memperkirakan Indonesia bisa naik ke posisi kedua global pada 2030.

Namun, ia menegaskan bahwa momentum ini hanya terbuka selama lima hingga tujuh tahun ke depan.

Yannes menekankan pentingnya memperkuat pasar lokal terlebih dahulu agar industri baterai yang dibangun memiliki skala keekonomian, sebelum melangkah ke pasar ekspor.

Window of opportunity-nya sempit. Keputusan hari ini akan menentukan apakah kita jadi pemain utama atau hanya penonton dalam revolusi kendaraan listrik global,” katanya.

Baca juga: Satgas Hilirisasi jelaskan upaya RI produksi mobil listrik domestik

Baca juga: RI luncurkan proyek besar baterai EV di Jawa Barat

Baca juga: Prabowo targetkan swasembada energi dicapai dalam 6 tahun

Pewarta:
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *